Oleh : Hendrik Vallen Ayomi, S.Th.
BAB I
SEJARAH SINGKAT GEREJA KALVARI PENTAKOSTA MISSI DI INDONESIA (GKPMI)
(Dikutip dari
Buku Tunaikan Tugas Pelayanan Mu
Oleh : Almahrum Pdt.
DR. Simon Bira, M.Th).
Asal
Usul
Gereja Kalvari Pentakosta Missi Di
Indonesia bukanlah gereja cabang dari satu aliran gereja di Indonesia. Ia lahir
secara murni tanpa ada perselisihan atau perebutan kekuasaan.
Bermula ketika dua misionaris dari
Pentecostal Church of God (PCG) yang berpusat di Joplin, Missouri Amerika
Serikat, menyatukan visi dan missi untuk menjangkau belahan bumi, yakni negara
indonesia. Missionaris yang pertama adalah Rev. william Arnold Parsons, yang
ketika itu baru pensiun dari Kepala Kantor Pos Besar Los Angeles, California.
Ia membuat permohonan kepada pengurus pusat PCG di Joplin untuk menjadi
Missionaris ke Indonesia. Namun karena usianya telah di atas lima puluh tahun
maka permohonan itu di tolak. Penolakan itu tidak membuat ia putus asa.
Istrinya yang berperan sebagai penolong, dengan kepekahannya terhadap maksud
Allah, mencoba mengkumpulkan semua keluarga untuk berdoa dan berpuasa mencari
kehendak Tuhan, yang pada akhirnya diputuskan untuk berangkat dengan biaya
sendiri. Missionaris lainnya adalah Rev. Eugene Loving yang berasal dari origen
Amerika.
Pada bulan April 1946 Team Missionaris
ini melakukan perjalanan dari San Fransisco Amerika ke Indonesia. Sehingga pada
bulan Juni 1946 mereka tiba di pelabuhan sunda Kelapa batavia (Jakarta). Kurang
lebih satu bulan di Jakarta untuk mencari Rev. James Deven yang telah berada di
Indonesia sebelum perang dunia kedua sebagai utusan injil dari Assembils Of
God, namun tidak di jumpai karena ia telah berada di kota Ambon. Kemudian
mereka kembali ke kapal dan berangkat ke Ambon. Namun karena masih dalam masa
pergolakan di mana Indonesia baru satu tahun memproklamasikan kemerdekaannya.
Maka perjalanan mereka hampir memakan waktu tiga bulan. Di Ambon mereka di
jemput oleh Rev. J. Deven yang bekerja untuk GSJA. Dikeluarga ini mereka
tinggal untuk mempelajari bahasa Indonesia. Pada bulan Desember 1946 kedua
Missionaris ini sempat mengikuti ibadah perayaan natal di kate-kate Ambon.
Kemudian, setelah berdoa dan berpuasa
mencari kehendak Tuhan tiba-tiba Rev. W.A. Parsons mendapat penglihatan yang
begitu jelas akan Pulau Ternate dan halmahera. Pada bulan Mei 1947 Rev. W. A.
Parsons secara pribadi datang mengunjungi kedua pulau tersebut. Dengan
berumahkan kapal di pelabuhan ternate, ia berusaha mengurus surat-suratnya.
Setelah selesai ia kembali ke Ambon untuk menjemput keluarganya. Sementara Rev.
Eugene Loving bersama keluarga masih menetap di Ambon. Pada tanggal 10
September 1947 untuk kedua kali Rev. W.A. Parsons sekeluarga menginjakan kaki
di kota ternate. Pada perjalanan kedua inilah ia baru menunjukan diri sebagai
penjala manusia. Keluarga pertama yang di menangkan adalah Jau Suling kemudian
Ma Pun dan keluarga Buce lie kesemuanya adalah suku Tionghoa. Pada saat itu
rumah sementara di Kalumpang di jadikan tempat persekutuan dan basis pelayanan
selanjutnya. Dari orang-orang inilah cikal bakal lahirnya Gereja Kalvari
Pentakosta Missi di Indonesia.
BAB II
PERMULAAN DI
KOTA JAYAPURA
Pada awalnya Gereja Kalvari Pentakosta Missi di Indonesia ada di Kota Jayapura di bawa oleh Almahrum Pdt. Piet Ayomi berkisar pada tahun 1984 sampai 1985 dari Kota Biak. Organisasi ini ketika ada di Jayapura tidak memulai dari perintisan lagi sebab sudah lama Almahrum Pdt. Piet Ayomi mempunyai jemaat yang ia pimpin, yang pada awalnya adalah organisasi Gereja Bethel Indonesia (GBI). Namun ada alasan tertentu sehingga beliau keluar dari Organisasi Gereja Bethel Indonesia (GBI) dan memilih untuk bergabung dengan organisasi Gereja Kalvari Pentakosta Missi di Indonesia (GKPMI). Sehingga dalam tahun - tahun itu hingga Musyawarah Nasional Gereja Kalvari Pentakosta Missi di Indonsia pertama kali di adakan di Jayapura pada tahun 1997 yang bertempat di BPG Kotaraja, maka terjadilah pergolakan diantara para pemimpin gereja di mana ada dua kubuh yang saling bertikai diantaranya ada yang pro terhadap Gereja Kalvari Pentakosta Missi di Indonesia dan sebaliknya, maka di situ terjadi perselisihan yang tak dapat terelahkan. Oleh sebab itu para pemimpin yang pro Gereja Kalvari Pentakosta Missi di Indonesia mengambil sikap untuk tetap mempertahankan organisasi GKPMI dan membangun gedung gereja yang baru, yang terpisah dari Gedung Gereja lama yaitu GKPMI Jemaat Bukit Zaitun, yang saat ini berubah nama menjadi Gereja Kalvari Pentakosta Missi di Indonesia jemaat Ekklesia Polimak II Jayapura.
BAB III
SETELAH
PERSELISIHAN DAN MENGANTI
NAMA MENJADI JEMAAT EKKLESIA
Pada tanggal 3 Oktober 1997 tepatnya
hari Jumat malam di mana pada waktu itu situasi belum kondusif pasca
perselisihan beberapa waktu sebelumnya. Sehingga dengan tidak membiarkan
keadaan ini berjalan tanpa arah yang jelas dalam situasi tersebut. Maka dengan
inisiatif para hamba-hamba Tuhan yang tetap mempertahankan organisasi Gereja
Kalvari Pentakosta Missi di Indonesia.
Sehingga mereka melakukan pertemuan singkat
dengan maksud membangun gedung gereja
baru dan membentuk Badan Pengurus Jemaat (BPJ) yang akan memimpin organisasi
dan umat Tuhan kedepan serta membahas beberapa hal yang berkaitan dengan maksud
tersebut untuk menjawab masalah tempo itu. Hamba-hamba Tuhan pada waktu itu
diantaranya adalah Almahrum Bpk. Dominggus Reba, Almahrum Bpk. Yan Waimbo, Bpk.
Linus Waimbo, Bpk Ferdinand Amamehi, Bpk. Theodorus Amamehi, Bpk Ishak Seo dan beberapa tua-tua rohani lainnya.
Dari hasil pertemuan tersebut maka pada
tanggal 4 Oktober 1997, di mana belum ada keuangan yang mendukung dan sumber dana
yang jelas. Namun, hanya bermodalkan swuadaya jemaat dan cinta akan pekerjaan
Tuhan. Maka hamba-hamba Tuhan dan Jemaat serta di bantu oleh beberapa keluarga
di lingkungan sekitar. Sehingga di bangunlah gedung gereja sementara dengan
beratap tenda, yang pada itu menggunakan halaman rumah dari Almahrum Bpk.
Dominggus Reba. Dengan struktur Badan Pengurus Jemaat (BPJ) sebagai Berikut :
Gembala
Sidang : Bpk. Dominggus Reba.
Ketua
Majelis :
Bpk. Theodorus Amamehi.
Sekretaris :
Bpk. Linus Waimbo, SE.
Bendahara : Bpk.
Ferdinand Amamehi.
Ketua
Pemuda :
Bpk. Yan Waimbo, S.PAK.
Ketua
Musik :
Bpk. Ishak Seo.
Koor.
Sekolah Mingu : Sdri. Marselina
Amamehi.
Minggu, 5 Oktober 1997 merupakan langkah
awal sejarah Gereja Kalvari Pentakosta Missi di Indonesia khususnya Jemaat
Ekklesia yang telah berganti nama dari Jemaat Bukit Zaitun ke Jemaat Ekklesia
setelah perselisihan. Sebab, pada hari itu untuk pertama kalinya jemaat ini
melakukan Ibadah Raya Minggu pagi di gereja baru dengan beratap tenda biru. Ibadah
ini dipimpin oleh Almahruma Ibu Helena Raunsai/Waimbo dan Pelayanan Firman
adalah Bpk. Dominggus Reba sebagai gembala jemaat, dimana ibadah di iringi
dengan alat musik tradisional. Meskipun demikian namun suasana dan hadirat
Tuhan dalam ibadah pada hari itu membuat seluruh jemaat mendapat kekuatan baru
dari Tuhan. Semua ini tidak berjalan mulus sebab dengan situasi gereja yang
demikian maka timbulah ejekan dan cemoohan dari pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.
Namun itu bukan menjadi suatu hambatan
berarti melainkan itu merupakan pemicuh semangat dari hamba-hamba Tuhan dan
Jemaat untuk berbenah diri lebih lagi. Hasilnya gedung gereja beratap tenda
biru itu tidak bertahan lama sebab hanya berselang satu minggu kemudian gedung
gereja ini sudah beratapkan seng permanen. Seperti yang terjadi sebelumnya sampai
pada tahap inipun, pembangunan gedung gereja ini masih merupakan hasil swadaya
jemaat dan janji iman.
Adapun jumlah jemaat saat itu adalah 12
(Dua Belas) Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah jiwa 74 orang terhitung pemuda-pemudi
dan anak-anak. Kepala Keluarga yang bergabung pada saat itu ialah :
1. Kel.
D.O. Reba.
2. Kel.
T.F. Amamehi.
3. Kel.
L.J. Waimbo.
4. Kel.
F.J. Amamehi.
5. Kel.
Y.P. Waimbo.
6. Kel.
I.S. Seo.
7. Kel.
Ibu F.M. Ayomi
8. Kel.
Ibu R. Aroy.
9. Kel.
P.H. Waimbo.
10. Kel.
Pdt. Ishak Bawatji.
11. Kel.
L.J. Ayomi
12. Kel. Hababuk.
Pelayanan inipun mulai berjalan seiring
dengan bertambah waktu dan bertambah jiwa yang bergabung maka, terpikirlah oleh
para pemimpin jemaat tentang suatu pembangunan gedung gereja baru yang
merupakan iventaris organisasi Gereja Kalvari Pentakosta Missi di Indonesia.
Mengingat status tanah gedung gereja yang pertama ini merupakan halaman rumah
dari Bpk. Dominggus Reba.
Selanjutnya, empat tahun kemudian
setelah itu tepatnya tanggal 3 Juni 2001 maka atas penyertaan Tuhan Yang Maha
Kuasa sehingga diletakan batu pertama Gedung Gereja yang baru pada jam 15:00
Wit (3 Sore). Dimana kondisi gedung ini dibangun diatas gunung batu. Sejak saat
itu pembangunan ini dikerjakan.
Dalam pelayanan dan pembangunan ini juga
ada begitu banyak suka dan duka yang dialami oleh jemaat. Mulai dari silang
pendapat, sikap acuh terhadap pekerjaan, mementingan diri sendiri, dan lain
sebagainya. Namun itulah perasaan yang dapat di gambarkan dalam pengiringan
ini. Bahkan terlebih lagi suasana dukacita yang amat dalam di rasakan oleh
jemaat ini ketika seorang figur yang merupakan harapan organisasi dan jemaat,
dipanggil Tuhan untuk kembali ke rumah Bapa. Hamba Tuhan ini adalah satu-satu
pelayan yang memilki pendidikan Teologi sampai pada jenjang strata satu (S1)
dan itu merupakan pencapain terbaik bagi putra daerah dalam disiplin ilmu
tersebut pada saat itu khususnya jemaat Ekklesia. Hamba Tuhan ini ialah Almahrum
Bpk. Yan Waimbo yang pada tanggal 17 Juli 2003 dipanggil oleh Tuhan.
Berselang empat tahun kemudian maka
peristiwa yang sama pun terjadi dan untuk kedua kalinya dalam pelayanan ini.
Kalau dalam peristiwa yang pertama hal itu terjadi dalam anggota Badan Pengurus
Jemaat. Maka dalam kali kedua ini yang di panggil Tuhan ialah Gembala Sidang yang
merupakan pucuk pimpinan dari Jemaat. Tanggal 5 Februari 2007 Almahrum Bpk. Pdt.
Dominggus Reba harus beristirahat dari pelayanan ini. Jika dihitung masa bhakti
sejak tahun 1997 sampai 2007 maka kurang lebih sepuluh tahun tahun Bpk. Pdt.
Dominggus Reba menjadi Gembala sidang di
Gereja Kalvari Pentakosta Missi di Indonesia Jemaat Ekklesia.
Dengan meninggalnya Bpk. Pdt. Dominggus
Reba, maka Bpk. Theodorus Amamehi, yang awalnya ialah ketua majelis diangkat
dengan penunjukan Badan Pengurus Jemaat menjadi
Gembala Sidang untuk menggantikan Almahrum Pdt. D. Reba. Dengan struktur Badan
Pengurus Jemaat sebagai berikut :
Gembala Sidang : Pdt.
Theodorus Amamehi.
Ketua Majelis : Pdt. R. Wutoy.
Sekretaris : Bpk. Linus Waimbo, SE.
Bendahara : Pdt. Ferdinand Amamehi. S.Sos.
Ketua Pemuda : Pdt. Ishak Seo..
Koor. S. Minggu : Ibu R.S. Wutoy.
Setahun setelah peralihan penggembalaan
tepatnya Minggu, 19 Oktober 2008. Maka untuk pertama kalinya Jemaat Ekklesia
membuat Ibadah perdana di gedung geraja permanen yang baru namun hanya
menggunakan lantai dua. Karena lantai utama masih dalam proses penyelesaian. Bulan
Agustus 2009 diadakan Musda Ke-IV di kota Serui. Maka status gembala yang
merupakan penunjukan sementara Badan Pengurus Jemaat (BPJ) ditetapkan menjadi
gembala sidang pada Musyawarah Daerah tersebut, dan menjabat sampai sekarang ini.
Demikian yang dapat penulis sajikan. akhirnya penulis sangat mengharapkan kiritik dan saran dari pembaca khusus di kalangan Gereja Kalvari Pentakosta Missi di Indonesia wilayah jayapura. untuk mengarahkan tulis ini kepada sesuatu yang baik demi kepentingan bersama dan untuk Hormat dan Kemuliaan Tuhan.